Malam ini lebih pekat dari secangkir kopi yang sudah ku sesap sedari tadi. mungkin angin membisiki bahwa ada hati yang
mulai menepi. Sosok sawo matang, sederhana dengan wajah oriental. Setiap hari rindu makin melilit
hingga rasanya sulit untuk menjerit. Tidak ada yang perlu dihakimi dari rindu yang tidak tahu diri. Sejatinya tidak ada yang perlu dikasihani.
mungkin hati mulai lupa diri. Bogor - Jogja tak sedekat telapak kaki dan jari-jari. Sudah beberapakali raga ini terlelap
hanya untuk menunggu pesan elektronik. Nyatanya pondasiku memang tak
sekokoh dulu. Dia lebih lemah dari yang apa yang aku harapkan. Aku perkirakan.
Dua hati yang hancur berusaha bersatu untuk melupakan tentang bagamaiana pahitnya terabaikan.
Pelampiasan? pelarian? hingga detik ini aku slalu menyemogakan agar aku
bukanlah sebuah persinggahan dari sebuah hati yang mulai lelah dengan getirnya
terabaikan.
Dia, sosok yang mulai menyita perhatianku sejak akhir bulan maret lalu, sosok
sederhana, tapi entah mengapa hal-hal sederhana yang ia lakukan membuat aku
terdiam dan terpukau. Tak ada kata yang bisa menceritakan atau bahkan sekedar mengungkapkan
betapa rindunya aku dengan masa-masa itu, sepuas hati menatap sosoknya hingga punggungnya hilang disebuah persimpangan.
Tiba hari mengerikan yang selalu ingin ku
hindari, dimana kalimat itu akhirnya harus ada, harus hadir diantara hati yang
belum sepenuhnya mampu untuk kembali berdiri sendiri. ‘jaga diri baik-baik’
kalimat perpisahan, kalimat paling mengerikan yang tak pernah ingin aku dengar,
sorot teduh mata itu, aku tak sanggup bahkan tak ingin menatapnya karena diri
ini lebih tau ada yang tak mau mengalah hanya untuk sekejap saja tidak
meluncur di pipi ini. Sudah ku pastikan aku takkan mampu menyekatnya. apabila mata
ini harus bertemu dengan sepasang manik yang berusaha sekuat tenaga meyakinkan diri ini. Meyakinkan semua akan baik-baik saja. Meski dirinya sendiri tidak yakin. Sejatinya tidak ada seorangpun yang siap dengan "perpisahan".
Aku tak ingin menuntut apapun, tetapi entah, mengapa rasa ini semakin menyesakkan? Semakin tidak
terkendali dan tidak tahu diri. Waktu yang tersisih tak bisa sepenuhnya ku minta, ku miliki dan ku simpan hanya
untuk diriku sendiri, raganya pasti sudah letih. berkutat berhari-hari dengan buku yang tebalnya berlapis-lapis seperti pastry. belum lagi pekerjaannya yang sudah menanti, tugas-tugas yang harus diseleseikan kemudian hari.
Aku tak ingin menyita waktunya barang semenit, tetapi skali
lagi, rindu ini tak mau hilang barang sedetik. aku ingin mengetik.
23:05
WIB : Bogor, 6 September 2017