Rabu, 16 September 2020

Kembali

 Aku memang berkecil hati

      melarikan diri dari realiti

             terus berlari

                   tidak terkendali

                           sampai lupa diri

                   ingin kembali

        tapi aku takut setengah mati

aku masih tak punya nyali

barang sebiji

tapi

aku masih ingin kembali

Pekalongan, 15 September 2020


Jumat, 13 Oktober 2017

Adakah yang Salah?



Malam ini lebih pekat dari secangkir kopi yang sudah ku sesap sedari tadi. mungkin angin membisiki bahwa ada hati yang mulai menepi. Sosok sawo matang, sederhana dengan wajah oriental. Setiap hari rindu makin melilit hingga rasanya sulit untuk menjerit. Tidak ada yang perlu dihakimi dari rindu yang tidak tahu diri. Sejatinya tidak ada yang perlu dikasihani. 
mungkin hati mulai lupa diri. Bogor - Jogja tak sedekat telapak kaki dan jari-jari. Sudah beberapakali raga ini terlelap hanya untuk menunggu pesan elektronik. Nyatanya pondasiku memang tak sekokoh dulu. Dia lebih lemah dari yang apa yang aku harapkan. Aku perkirakan. 
Dua hati yang hancur berusaha bersatu untuk melupakan tentang bagamaiana pahitnya terabaikan. Pelampiasan? pelarian? hingga detik ini aku slalu menyemogakan agar aku bukanlah sebuah persinggahan dari sebuah hati yang mulai lelah dengan getirnya terabaikan.
Dia, sosok yang mulai menyita perhatianku sejak akhir bulan maret lalu, sosok sederhana, tapi entah mengapa hal-hal sederhana yang ia lakukan membuat aku terdiam dan terpukau. Tak ada kata yang bisa menceritakan atau bahkan sekedar mengungkapkan betapa rindunya aku dengan masa-masa itu, sepuas hati menatap sosoknya hingga punggungnya hilang disebuah persimpangan. 
Tiba hari mengerikan yang selalu ingin ku hindari, dimana kalimat itu akhirnya harus ada, harus hadir diantara hati yang belum sepenuhnya mampu untuk kembali berdiri sendiri. ‘jaga diri baik-baik’ kalimat perpisahan, kalimat paling mengerikan yang tak pernah ingin aku dengar, sorot teduh mata itu, aku tak sanggup bahkan tak ingin menatapnya karena diri ini lebih tau ada yang tak mau mengalah hanya untuk sekejap saja tidak meluncur di pipi ini. Sudah ku pastikan aku takkan mampu menyekatnya. apabila mata ini harus bertemu dengan sepasang manik yang berusaha sekuat tenaga meyakinkan diri ini. Meyakinkan semua akan baik-baik saja. Meski dirinya sendiri tidak yakin. Sejatinya tidak ada seorangpun yang siap dengan "perpisahan".
Aku tak ingin menuntut apapun, tetapi entah, mengapa rasa ini semakin menyesakkan? Semakin tidak terkendali dan tidak tahu diri. Waktu yang tersisih tak bisa sepenuhnya ku minta, ku miliki dan ku simpan hanya untuk diriku sendiri, raganya pasti sudah letih. berkutat berhari-hari dengan buku yang tebalnya berlapis-lapis seperti pastry. belum lagi pekerjaannya yang sudah menanti, tugas-tugas yang harus diseleseikan kemudian hari.
Aku tak ingin menyita waktunya barang semenit, tetapi skali lagi, rindu ini tak mau hilang barang sedetik. aku ingin mengetik.
 23:05 WIB : Bogor, 6 September 2017